Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia, serta mendasari perkembangan teknologi modern (Mashuri, 2019). Matematika adalah bidang ilmu pengetahuan yang deduktif sehingga perlu memahami konsep materi yang komprehensif dengan mengkonstruksi pemikiran hingga menemukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan (Ariyanti & Suganti, 2022). Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa yang dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa dengan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas Nomor 22, 2006 : 345).Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari jenjang sekolah dasar untuk membekali mereka kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar peserta didik belum memahami manfaat mempelajari matematika, padahal mempelajari konsep matematika seperti geometri, aljabar atau kalkulus melatih cara bernalar yang sistematis, logis, kritis dan analitis yang sangat penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan. Bahkan, tidak sedikit siswa di sekolah beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Dua orang siswa yakni Rahma dan Ayu (nama samaran) yang bersedia secara sukarela penulis wawancarai untuk mengetahui persepsi para siswa kelas XI SMK Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin tentang pelajaran matematika mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika meskipun telah berusaha memahaminya. Rahma merasa matematika merupakan pelajaran yang sangat sulit karena dia merasa tidak mampu berhitung dan sulit memahami rumus rumus yang diajarkan.
Matematika tu ngalih Pak ai, banyak hitungannya lawan kada paham rumusnya, bahanu pak ai tahu rumusnya tapi pas menjalankan rumusnya kada paham lagi habis langkah berikutnya (Rahma, wawancara, 23 Maret 2022).
Keluhan tentang pelajaran ini juga diutarakan Ayu. Dia mengungkapkan isi hatinya bahwa selain kesulitan dalam berhitung, dia seringkali bingung memahami soal matematika dalam bentuk soal cerita.
Bahanu ulun kada paham maksud soalnya apalagi amun soal cerita, kaya apa cara menghitungnya lawan hitungannya bisa ada koma nya jadi ngalih (Rani, wawancara, 23 Maret 2022).
Kedua pengalaman tersebut menggambarkan matematika merupakan momok bagi siswa SMK. Ini karena mata pelajaran matematika menuntut para siswa mampu berhitung, mengaplikasikan rumus, juga menuntut kemampuan bernalar yang baik menjawab soal matematika dalam bentuk soal cerita. Salah satu materi yang dirasakan sulit oleh siswa SMK adalah barisan dan deret aritmatika (Pirmanto, Anwar, & Bernard, 2020). Wulandari & Setiawan (2021) melaporkan: (1) siswa dengan kemampuan matematika yang heterogen masih kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal mengenai materi barisan; (2) kesulitan siswa pada materi barisan yaitu kurangnya pemahaman mengenai soal dan rumus yang akan digunakan; (3) kemampuan yang dimiliki siswa dalam pemahaman suatu konsep dalam materi Barisan masih perlu digali atau dilatih lebih mendalam.
Salah satu model dalam pembelajaran berbasis masalah adalah Problem Based Learning (PBL). Riyanto (2009) mengklaim model PBL merupakan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk aktif dan mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi dengan rasional dan autentik. Menurut Trianto (2010), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Junaidi & Lutfianto (2018) membuktikan (1) Adanya pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar siswa, dan (2) Model PBL efektif digunakan dalam pembelajaran matematika materi trigonometri bila ditinjau dari hasil belajar siswa. Yusri (2018) dan Putri & Roichan (2021) juga melaporkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran problem model pembelajaran based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Penggunaan model PBL dengan bantuan media juga memberikan hasil yang positif. Murti Kusuma (2015) menemukan bukti bahwa model problem based learning berbantuan power point mampu meningkatkan kemampuan pemahaman memecahkan masalah dan menemukan konsep masalah. Riset Purwaningsih & Widana (2017) membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model Problem Based Learning dengan model konvensional. Hasil-hasil riset tersebut diperkuat oleh riset Rahayu & Bernard (2022) yang menyatakan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
Penulismelakukan riset yang bertujuan ingin mengetahui hasil belajar matematika materi barisan dan deret aritmatika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas XI SMK Islam Sabilal Muhtadin. Hal ini dilatarbelakangi oleh kegiatan pembelajaran di SMK Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin sebelumnya menggunakan model pembelajaran konvensional dianggap membuat siswa bosan dalam belajar yang berdampak pada prestasi belajar yang mereka peroleh masih banyak yang berada di bawah nilai KKM.
Tabel 1. Tingkat Kemampuan Siswa dengan Model Pembelajaran Konvensional Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
No |
Jurusan |
Jumlah Siswa | Jumlah Siswa | Rata-rata nilai | Rata-rata Akhir | |
Memenuhi KKM | Di bawah KKM | |||||
1 | Teknik Komputer dan Jaringan |
11 |
2 |
9 | 67.09 | 72,35 |
2 | Teknik dan Bisnis Sepeda Motor | 8 | 0 | 8 | 68,87 | |
3 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 8 | 8 | 0 | 78,25 | |
4 | Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran | 5 | 4 | 1 | 75,20 |
Praktik pembelajaran model Problem Based Learning di kelas dilakukan menggunakan media PPT (Power Point) dengan desain menarik untuk membuat siswa termotivasi mengikuti pelajaran di kelas. Penulis juga menciptakan suasana kelas selama pembelajaran terasa santai dan menyenangkan namun tetap fokus pada capaian yang ingin diraih dengan menggunakan video. (Rincian kegiatan dapat dilihat pada RPP tanggal senin, 13 September 2021).
Gambar 1. Kegiatan Belajar Mengajar Pembelajaran Model Problem Based
Learning berdampak pada prestasi belajar yang diraih siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai siswa Jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga yang berjumlah 8 orang mencapai nilai KKM dengan rata-rata nilai 78,63. Jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran yang berjumlah 5 siswa mencapai KKM dengan rata-rata nilai 77. Nilai rata rata keseluruhan siswa Jurusan Teknik dan Bisnis Sepeda Motor sebesar 74,55, masih di bawah nilai KMM namun 4 siswa telah mencapai nilai KKM meski 4 orang masih belum. Begitu pula nilai rata-rata Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan yang berjumlah 11 siswa masih di bawah nilai KKM yaitu 71,84. Namun 2 siswa telah mengalami peningkatan, meski 9 orang lainnya masih belum mencapai. Secara umum, nilai rata-rata hasil belajar siswa semua jurusan adalah 75,50 yang menunjukkan bahwa model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan pada siswa kelas XI SMK Islam Sabilal Muhtadin dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika materi barisan dan deret aritmatika.
Tabel 2. Tingkat Kemampuan Siswa dengan Model PBL Berdasarkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).
No |
Jurusan |
Jumlah Siswa | Jumlah Siswa | Rata-rata nilai | Rata-rata Akhir | |
Memenuhi KKM | Di bawah KKM | |||||
1 | Teknik Komputer dan Jaringan | 11 | 2 | 9 | 71,84 |
75,50 |
2 | Teknik dan Bisnis Sepeda Motor | 8 | 4 | 4 | 74,55 | |
3 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 8 | 8 | 0 | 78,63 | |
4 | Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran | 5 | 5 | 0 | 77,00 |
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-rata setiap jurusan mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning memiliki perbedaan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi barisan dan deret aritmatika.
Tabel 3. Perbandingan Jumlah siswa dan Nilai Rata-rata Siswa sebelum dan Sesudah Menggunakan Model PBL Berdasarkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).
No |
Jurusan |
Jumlah Siswa | Jumlah Siswa (Model Konvensional) | Jumlah Siswa (Model PBL) | ||
Di bawah KKM | Nilai rata-rata | Di bawah KKM | Nilai rata-rata | |||
1 | Teknik Komputer dan Jaringan |
11 |
9 | 67.09 | 9 | 71,84 |
2 | Teknik dan Bisnis Sepeda Motor | 8 | 8 | 68,87 | 4 | 74,55 |
3 | Akuntansi dan Keuangan Lembaga | 8 | 0 | 78,25 | 0 | 78,63 |
4 | Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran | 5 | 1 | 75,20 | 0 | 77,00 |
Informasi yang diperoleh dari pengolahan data dan analisa deskriptif menunjukkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi barisan dan deret aritmatika. Peningkatan itu diketahui dari berkurangnya jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM dan naiknya nilai rata-rata kelas yang memenuhi nilai KKM yaitu nilai rata-rata sebelum menggunakan PBL sebesar 72,35 menjadi 75,50. Oleh karena itu, Penulis menyarankan: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sebaiknya memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi alternatif pembelajaran bagi guru karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Hendaknya dalam menerapkan model pembelajaran dapat disesuaikan oleh guru mata pelajaran Matematika dengan memperhatikan kemampuan awal siswa agar pemilihan model yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Bagi siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM disarankan untuk mengikuti remedial dan bagi siswa yang memperoleh nilai diatas KKM disarankan untuk mengikuti kegiatan pengayaan.